Jasa Desainer Interior Yang Semakin Diminati Pemilik Rumah Kecil

Jasa Desainer Interior Yang Semakin Diminati Pemilik Rumah Kecil

Interiorrumah.asia – Siapa yang tak ingin miliki tempat tinggal yang nyaman? Banyak yang berusaha menciptakan hal itu di rumah, termasuk menyewa jasa desainer interior. Tapi, masih banyak yang belum memahami kerja profesi ini.

CEO Dekoruma, Dimas Harry Priawan menyatakan desainer interior tak semata bekerja untuk mempercantik tempat tinggal atau ruang kerja. Lebih dari itu, profesi tersebut berfungsi sebagai pemberi solusi.

“Kalau mau cari inspirasi menata rumah, ya benar bisa dilihat di Instagram, Pinterest, atau media sosial lainnya. Tapi, value added desainer interior itu adalah problem solver,” kata dia dalam jumpat pers di Jakarta,

Dalam sepuluh tahun terakhir, Dimas melihat perbedaan dalam industri jasa desainer interior. Ia menyebut jasa desainer interior diperlukan baik oleh pemilik kediaman dengan luas lahan terbatas maupun rumah besar. Hal itu sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya yang kebanyakan klien didominasi pemilik rumah gedongan.

Perbedaan tipe klien itu, kata dia, berdampak pada tuntutan yang berbeda. Mereka yang tinggal di lahan terbatas menuntut kenyamanan dengan menekankan pada pemenuhan fungsi maupun estetika. Di sini, desainer interior dituntut bisa menata ruang secara tepat dengan biaya yang efisien.

Sementara, klien dengan tempat tinggal yang luas atau yang lebih advance, lebih menuntut elemen bahagia dari desain yang dihasilkan. “Tentu definisi bahagianya macam-macam ya tergantung kliennya,” kata Dimas.

Baca Juga : Cara Desain Interior Rumah Korea Modern

Masalah Konsumen

Dalam merancang ruang, desainer interior akan berusaha mengakomodasi beragam kebutuhan penghuni. Segala detail, mulai dari warna cat, pemilihan perabot, desain flooring, hingga pencahayaan, akan diperhatikan demi mewujudkan keinginan pemilik rumah.

“Tentunya enggak asal cakep, tapi harus fungsional,” kata Dimas.

Tapi, klien kebanyakan tak ingin berhenti pada gambar di atas kertas saja. Banyak dari pengguna jasa meminta desainer mengerjakan proyek hingga berwujud. Namun, desainer seringkali kesulitan menentukan biaya atau memastikan vendor yang bisa mendukung.

“Kontraktor juga bingung. Akhirnya, mereka selalu naikin 10 persen dari perhitungan awal. Mereka enggak mudah menghitung waste, ujung-ujungnya konsumen harus bayar lebih mahal,” terang Dimas.

Ketidakefisienan itu, sambung dia, harus diatasi, yakni dengan membuat teknologi yang bisa menghitung kebutuhan lebih akurat.

“Sementara ini, software itu baru bisa diakses oleh desainer yang masuk dalam database kami, tapi ke depan kami ingin membuka untuk publik sehingga bisa dinikmati lebih banyak orang,” ujar Dimas.